Friday, April 23, 2010

Belum Ada Judul

Warning: AU, CRACK, RANDOM, nyaris OOC, SHO-AI, CROSS OVER SEKALI, maybe nyaris YAOI, LEBAYNESS, GAJENESS, ANCUR DAH, NGACONGACONGACO  
(saya gila nih)

Disclaimer: Naruto, Fullmetal Alcemist, Eyeshield 21, Shaman King, Tsubasa Reservoir Chronicle, XXXHolic, Yu-Gi-Oh!, Card Captor Sakura, Kingdom Hearts, One Piece, semuanya bukan milik saya!

Pair: SasuNaru, slight SaiNaru, RoyEd, HiruSena, HoroRen, SetoAtem, KuroFai, DouWata, TouyaYuki, RikuSora, ZoroSanji.  
(kelihatan banget ya semua fav pairnya dimasukkan)


Zaman dahulu kala, hiduplah pemuda riang di sebuah desa Konoha. Pemuda dengan ciri-ciri perangai ceria, rambut pirang mencuat ke segala arah, dan memiliki tanda lahir yang khas, yaitu tiga garis yang berada di pipinya masing-masing. Panggil saja pemuda itu dengan nama Naruto. Ia tinggal bersama kakek dan neneknya. Jiraiya, kakeknya adalah seorang petani. Dan Tsunade, neneknya adalah seorang penjual sayur. Naruto memiliki hewan peliharaan seekor rubah yang sangat disayanginya yaitu Kyuubi. Memang, terlalu aneh untuk memelihara seekor rubah. Tapi, karena itu adalah pemberian dari orang tuanya, maka Naruto telah menjadikannya sesuatu yang berharga seperti keluarganya.

Pada suatu hari, dimana keadaan desa terlihat damai sentosa tanpa dosa. Naruto tengah bermain di halaman rumahnya. Oh, ternyata bukan bermain. Naruto sedang membantu Jiraiya mengangkat dan mmbawa bibit Jagung yang baru saja dibeli. Ia menikmati pekerjaannya dengan bersenandung.

Tak lama, langit yang pada awalnya begitu cerah, dalam sekejap menjadi gelap. Jiraiya meneliti hal itu dan segera memanggil Naruto.

“Naruto!”

“Ya?”

“Cepat ke gudang bawah. Sebentar lagi akan datang badai.”

“Eh? Tapi, bagaimana dengan ini?” tanya Naruto sembari menunjuk bibit-bibit.

“Biarkan saja. Sekarang, selamatkan diri dulu!” tegas Jiraiya.

“Baik.”

Kemudian, mereka berdua segera menuju ke gudang bagian bawah yang letaknya di dalam tanah. Tak jauh dari mereka, terlihat Tsunade yang sedang sibuk membawa perbekalan di ambang pintu masuk.

Kurang lebih jarak dua meter dari pintu, Naruto berhenti. Ya, ia merasa ada sesuatu yang terlupakan.

“Kyuubi!” sentaknya saat mengingat Kyuubi tertinggal di dalam rumah.



Jiraiya yang mendengar itu, langsung berbalik dan mendapatkan kekosongan. Naruto sudah berlari jauh ke arah rumah. “Naruto!” teriak Jiraiya memanggil.

WUUSSHH!!! Tiba-tiba, angin datang dan menghantam tanah. Jiraiya berbalik mundur, dan segera masuk ke dalam. Sungguh, pilihan yang sulit. Tidak ada maksud untuk tidak menyusul Naruto. Tapi, Jiraiya juga tidak bisa meninggalkan Tsunade sendirian. Apalagi, Tsunade terus saja memaksa keluar untuk menolong Naruto. Sekarang, yang hanya bisa mereka lakukan adalah berdoa atas keselamatan cucu satu-satunya itu.

BRAK! Naruto membuka pintu rumah dengan kasar. Kemudian segera berlari ke kamarnya. Setelah tiba di kamarnya, Naruto mengamati sekitar.

“Pyuuuuur.”

Ya, seekor hewan yang sangat dicemaskan Naruto, saat ini sedang tidur dengan nyenyaknya di ranjang majikannya. Melihat itu, Naruto agak kecewa karena sudah khawatir pada peliharaannya satu itu.

Sementara di luar, keributan yang disebabkan oleh angin, semakin menjadi-jadi dan mengerikan. Putaran angin yang menjulang tinggi dari tanah ke atas langit membuat semua benda-benda di sekitar terangkat. Termasuk rumah dimana Naruto berada saat ini. Rumah terangkat, dan terbawa putaran angin. Di dalam rumah keadaan menjadi sangat kacau, seakan-akan ada gempa yang sedang terjadi. Naruto pun langsung meringkuk di bawah kasur untuk menyelamatkan diri dari benda-benda yang seperti sedang mengamuk. Tak lupa ia menarik Kyuubi ikut bersamanya. Dan saat itu juga, ia meringis kesakitan atas tangan yang digigit Kyuubi, tanda tidak terima dengan kekasaran atas membangunkan tidurnya.

***

“Hoaaam...” Naruta membuka lebar mulutnya, membuka matanya berat, dan menggeliat.

JDUK! Terdengar bunyi hantaman keras.

“Aww!!!” seru Naruto kesakitan menyusul bunyi keras tadi. Baru saja ia berusaha membangunkan dirinya dan ternyata tidak bisa, karena tehalang sesuatu. Ya, Naruto lupa kalau dirinya berada di kolong tempat tidurnya.

Setelah keluar dari tempat sempit tadi, Naruto mengamati keadaan kamarnya yang tidak berbentuk. Kemudian, ia berjalan menuju ke jendela.

“Hmm... Dimana ini?” tanyanya menyadari bahwa pemandangan yang ada dihadapannya begitu asing.

Dengan segera, Naruto keluar dari dalam rumah, diikuti Kyuubi yang ikut berlari di belakangnya. Setelah sampai di luar, tiba-tiba saja ia dihentikan oleh sesuatu.

“Eh?” Naruto menyadari adanya tongkat yang menghalang jalannya. Lalu, ia melirik ke arah sang empunya tongkat.

“Terima kasih banyak,” ucap lelaki berpakaian aneh yang juga pemilik tongkat tersebut.

“Ya?” tanya Naruto bingung.

“Ya. Terima kasih karena Anda telah menolong kami,” ucapnya seraya memberi senyuman kepada Naruto.

“Eh?” Naruto semakin bingung. “Maksudnya?”

“Mari... Ikut saya...” ucapnya, dan berjalan menyusuri samping rumah.

“Hm?” Akhirnya Naruto menuruti, dan berjalan. Sementara Kyuubi yang ada di samping kakinya, tidak mengikuti Naruto karena sibuk menjilati tubuhnya.

“Nah...” Lelaki itu menunjuk sesuatu yang terjepit di antara rumah dan tanah.

“Hn?” Naruto yang penasaran segera melihat apa yang ditunjuk lelaki tadi. “GYAAAAAA!” Tiba-tiba Naruto menjerit. “A-apa itu?!” tanyanya sambil menuding kaki yang muncul di bawah rumah.

“Itu kaki,” jawabnya dengan intonasi datar.

“Ya.. Aku tahu...” balas Naruto dengan tampang malas. “Tapi... kenapa bisa di situ?” tanya Naruto horor.

“Seperti yang sudah kukatakan tadi, Anda telah menolong kami. Ya, rumah Anda telah membunuh penyihir jahat yang menyusahkan daerah Barat ini,” jelasnya.

“Eh? Membunuh? Penyihir? Jahat?” Naruto semakin bingung, semuanya benar-benar asing.

“Ah, ya, saya lupa memperkenalkan diri. Kenalkan, saya penyihir utara, Sai. Sepertinya, Anda bukan penduduk dari sini. Boleh saya tahu nama Anda?”

“Err... Saya Naruto dari Fukuoka.”

“Fukuoka? Dimanakah itu?”

“Di Jepang.”

“Jepang?” Sekarang giliran si penyihir, Sai yang heran.

“Kau tidak tahu Jepang?”

Sai mengangguk.

“Jadi, dimana ini? Bagaimana bisa kau yang berbahasa Jepang tidak tahu negara Jepang? Terlebih lagi, apa maksudnya dengan penyihir? Mereka hanya ada di dongeng. Benar-benar tidak ada yang masuk akal,” jelas Naruto frustasi mendapatkan dirinya di tempat yang tidak logis. Tak lama, air mata keluar dan membasahi pipinya. “Aku... Aku ingin pulang... Kakek... Nenek...”

Melihat itu Sai menjadi prihatin. Kemudian, ia melangkah medekati Naruto. Tangannya menggapai pipi Naruto guna menghapus air matanya. Naruto pun merespon Sai dengan menghentikan isakan tangisnya. Tidak perlu waktu sedetik, bibir Sai sudah berada di kening Naruto. Yang merasa diciumnya langsung terkesiap, dan terdiam. Tak lama, Sai melepaskannya. “Ya, cukup. Jangan bersedih lagi. Saya akan membantu Anda untuk kembali pulang.”

Butuh waktu lama, otak Naruto baru bisa mencerna kejadian tadi. “Eh?! Apa tadi? Kau baru saja menciumku?” tanya Naruto histeris.

“Hanya sebuah kecupan. Itu sihir dariku untuk melindungimu,” jawab Sai tenang.

“Tapi, kau cowok, dan aku juga cowok. Itu sungguh tidak normal. Tidak adakah cara lain yang lebih normal?!” sergah Naruto.

“Hmm...” Sai menggumam dengan pose berpikir. “Sepertinya… hanya ada yang lebih dari itu.”

“...” Naruto berpikir bahwa bisa dipastikan penyihir yang ada di hadapannya benar-benar sesat. “Baiklah, lupakan itu. Tadi, kau bilang akan membantuku. Bagaimana itu?” tanya Naruto mengharapkan itu benar.

“Ya. Tapi, saya tidak bisa membantu Anda secara langsung. Saya sarankan Anda pergi menemui Penyihir Oz. Beliau adalah penyihir tertinggi di sini. Anda bisa mengikuti jalan emas yang di sana agar sampai ke kota Penyihir Oz berada,” jelas Sai panjang sembari menunjuk jalan berwarna kuning keemasan yang tidak jauh dari pendaratan rumah Naruto.

“Oke.” Naruto pun segera memanggil Kyuubi yang hampir terlupakan. Tak lama Kyuubi datang, Naruto segera berpamitan, karena tidak mau berlama-lama dengan penyihir sesat itu.

“Naruto!” Sai memanggil Naruto yang sudah seperempat jalan meninggalkan Sai.

“Ya?” Naruto berbalik malas.

“Apakah Anda mau pergi dengan keadaan seperti itu?” tanya Sai heran sembari memberi pandangan yang seakan memeriksa seluruh tubuh Naruto.

“Err... Apa ada yang salah?” tanya Naruto takut-takut.

“Tentu. Terutama kaki Anda.”

“Eh?” Naruto melihat ke bawah dan mendapati kakinya tidak memakai apa-apa.

“Tunggu sebentar.” Sai pun menuju ke tempat mayat penyihir yang terjepit tadi, dan mengambil sesuatu dari sana. Kemudian, kembali lagi. “Bagaimana kalau Anda memakai ini?” Sai menyodorkan sepatu perak yang Naruto tahu persis bahwa itu milik penyihir terbunuh tadi.

“Hmm... Kurasa tidak perlu,” Naruto menolak karena takut. Yeah... Wajar saja, siapa yang mau memakai barang dari orang mati.

“Tidak apa. Sepatu ini memiliki sihir tinggi yang akan melindungimu. Tidak ada yang perlu ditakutkan, karena majikan sepatu ini telah lenyap sepenuhnya. Anggap saja ini hadiah dari kami, para penyihir atas kehebatan Anda.”

Naruto tidak terlalu menanggapi penjelasan Sai kepadanya, karena ia menganggap bahwa itu semua seperti omong kosong belaka. Tapi, ia mengubah pikiran atas penolakannya terhadap sepatu itu. Kemudian, Naruto tidak segan-segan mengambil sepatu perak dari tangan Sai dan memakainya.

“Oh, ya, kurasa Anda juga memerlukan ini?” ujar Sai sambil menggerakkan tongkatnya, dan mengucapkan kata-kata tidak jelas.

BWOSH. Tiba-tiba saja kepulan seperti asap muncul di depan tongkat. Setelah asap sepenuhnya hilang, sebuah keranjang pun muncul. Naruto yang melihatnya, hanya bisa membuka mulutnya keheranan sekaligus kagum.

“Ya. Sekarang Anda bisa pergi dengan membawa perbekalan ini.”

“Umm... Terima kasih banyak...” ucap Naruto tersenyum. “Kalau begitu aku pergi dulu... Dah...” seru Naruto, kemudian berlari dan melambaikan tangannya.

“Ya, hati-hati...” kata Sai membalas lambaian tangan Naruto.

***

Maka, Naruto pun memulai perjalanannya. Apakah yang akan terjadi, saksikan tayangannya minggu depan... Eh, sudah TBC ya dari tadi... Duh... maap... lupa euy...

- TBC -





Baru draft doank... Jadi ya gitu... Masih ada yang mau diedit... Lihat aja, tu pas awal Naruto tinggal di Konoha, tiba-tiba di tengah jadi Fukuoka. Apa coba? Makanya... masih mau ditimbang-timbang lagi... *halah*
Law uda rampung, dan chapter selanjutnya menjanjikan bakal ada, maka... Saya taruh di FFN deh. 
 

Yeah!!! XD

1 comment :

  1. Sai agresip banget. O.o Mendadak nyium. Hahah.

    ReplyDelete

Leave your comment here.